Kehidupan ekonomi masa orde lama
Pada awal kemerdekaan, pembangunan ekonomi Indonesia
mengarah perubahan struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional, yang
bertujuan untuk memajukan industri kecil untuk memproduksi barang pengganti
impor yang pada akhirnya diharapkan mengurangi tingkat ketergantungan luar
negri.
Sistem moneter tentang perbankan khususnya bank
sentral masih berjalan seperti wajarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya hak
ekslusif untuk mencetak uang dan memegang tanggung jawab perbankan untuk
memelihara stabilitas nasional. Bank Indonesia mampu menjaga tingkat kebebasan
dari pengambilan keputusan politik.
Masa orde lama dimulai dari tanggal 17 Agustus 1945
saat Indonesia merdeka. Pada saat itu,keadaan ekonomi Indonesia mengalami
stagflasi (artinya stagnasi produksi atau kegiatan produksi terhenti pada
tingkat inflasi yang tinggi). Indonesia pernah mengalami sistem politik yang
demokratis yakni pada periode 1949 sampai 1956. Pada tahun tersebut, terjadi
konflik politik yang berkepanjangan
dimana rata-rata umur kabinet hanya dua tahun sehingga pemerintah yang berkuasa
tidak fokus memikirkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yangterjadi pada saat
itu.
Selama periode 1950an struktur ekonomi Indonesia
masih peninggalan jaman kolonial, struktur ini disebut dual society dimana
struktur dualisme menerapkandiskriminasi dalam setiap kebijakannya baik yang
langsung maupun tidak langsung.Keadaan ekonomi Indonesia menjadi bertambah
buruk dibandingkan pada masa penjajahanBelanda.
Sejak tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai meramba
ke proyek-proyek besar. Hal ini dikuatkan dengan keluarnya kebijakan Rencana
Pembangunan Semesta Delapan Tahun (1961). Kebijakan ini berisi rencana
pendirian proyek-proyek besar dan beberapa proyek kecil untuk mendukung proyek
besar tersebut. Rencana ini mencakup sektor-sektor penting dan menggunakan
perhitungan modern. Namun sayangnya Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun
ini tidak berjalan atau dapat dikatakan gagal karena beberapa sebab seperti
adanya kekurangan devisa untuk menyuplai modal serta kurangnya tenaga ahli.
Perekonomian Indonesia pada masa ini mengalami
penurunan atau memburuk. Terjadinya pengeluaran besar-besaran yang bukan
ditujukan untuk pembangunan dan pertumnbuhan ekonomi melainkan berupa
pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, Impor beras, proyek
mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa teman-teman dekat
dari rezim yang berkuasa. Perekonomian juga diperparah dengan terjadinya
hiperinflasi yang mencapai 650%. Selain itu Indonesia mulai dikucilkan dalam
pergaulan internasional dan mulai dekat dengan negara-negara komunis.
Kehidupan ekonomi masa orde baru
Inflasi pada tahun 1966 mencapai 650%,dan defisit
APBN lebih besar daripada seluruh jumlah penerimaannya. Neraca pembayaran
dengan luar negeri mengalami defisit yang besar, nilai tukar rupiah tidak
stabil” (Gilarso, 1986:221) merupakan gambaran singkat betapa hancurnya
perekonomian kala itu yang harus dibangun lagi oleh masa orde baru atau juga
bisa dikatakan sebagi titik balik.
Awal masa orde baru menerima beban berat dari
buruknya perekonomian orde lama. Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk
rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan
inflasi dan menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas
politik tercapai ayng berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai
terjamin dengan adanya IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai
membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun
(REPELITA). Berikut penjelasan singkat tentang beberapa REPELITA:
A. REPELITA I (1967-1974)
Mulai berlaku sejak tanggal 1april
1969. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan
sasaran yang diutamakan adalah cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana
terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan
lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
B. REPALITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah
sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah sektor pertanian yang
merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan
dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
C. REPALITA III (1979-1984)
Prioritas tetaap pada pembangunan
ekonomi yang dititikberatkan pada sector pertanian menuju swasembada pangan,
serta peningkatan industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
D. REPALITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan dari REPELITA
III. Peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong
pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata, memperluas kesempatan kerja.
Priorotasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi
menurut REPELITA adalah mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada pangan
yang diikuti pertumbuhan industri bertahap.
Kehidupan ekonomi masa reformasi
Pada masa reformasi ini perekonomian Indonesia
ditandai dengan adanya krisis moneter
yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belum
menunjukkan tanda-tanda ke arah pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi
sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998 dimana inflasi sudah
diperhitungkan namun laju inflasi masih cukup tinggi yaitu sekitar 100%. Pada
tahun 1998 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan negatif, hal ini berbeda
dengan kondisi ekonomi tahun 1999.
Namun sejak masa kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono, perekonomian Indonesia mulai membaik. Perekonomian Indonesia boleh
dibilang tengah berada pada masa keemasannya. Krisis global yang terjadi pada
tahun 2008 semakin membuktikan ketangguhan perekonomian Indonesia. Di saat
negara-negara superpower seperti Amerika Serikat dan Jepang berjatuhan,
Indonesia justru mampu mencetak pertumbuhan yang positif sebesar 4,5% pada
tahun 2009.
Pembangunan di era Reformasi ini merupakan suatu
bentuk perbaikan di segala bidang sehingga belum menemukan suatu arah yang
jelas. Pembangunan masih tarik-menarik mana yang harus didahulukan. Namun
setidaknya reformasi telah membawa Indonesia untuk menjadi lebih baik dalam
merubah nasibnya tanpa harus semakin terjerumus dalam kebobrokan moral
manusia-manusia sebelumnya.
“Sekian dan Semoga Bermanfaat”
Sumber:
Ø https://kartikagaby.wordpress.com/2014/06/12/perkembangan-perekonomian-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar