Pendapatan Per Kapita Penduduk
Tingginya pertumbuhan pendapatan per kapita tidak
akan terlalu berdampak apabila tidak disertai dengan perbaikan dalam hal
distribusi pendapatan. Perubahan pendapatan per kapita mempunyai pengaruh yang
negatif terhadap kemiskinan. Peningkatan pendapatan per kapita dan pertumbuhan
ekonomi yang telah dicapai oleh Indonesia hanya dinikmati oleh sebagian kecil
penduduk.
Sementara sebagian besar penduduk yang saat ini
hidup dalam kemiskinan tidak menikmati capai tersebut. Dengan kata lain
meskipun ekonomi tumbuh dengan baik, tetapi mereka tetap berada dalam
kemiskinan. Peningkatan kontra prestasi (gaji, honor, upah, dan bentuk lain)
yang selama ini terjadi di Indonesia hanya dinikmati oleh sebagian orang.
Peningkatan kontra prestasi tersebut tidak sampai menyentuh pada kelompok yang
berada pada garis kemiskinan.
Rasio Ketergantungan Penduduk
Kemiskinan juga dipengaruhi oleh rasio
ketergantungan penduduk. Besarnya penduduk yang beraktifitas sebagai ibu rumah
tangga, menganggur, dan sedang sekolah akan semakin memperbesar rasio
ketergantungan penduduk. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengurangan faktor penyebab kemiskinan.
Artinya jikalau nantinya penduduk yang saat ini sedang
sekolah (SMP/SMA/Diploma/Sarjana) telah lulus, maka kehadira mereka tidak akan
membantu mengurangi faktor penyebab kemiskinan. Tetapi kehadiran mereka justru
akan menambah besar nilai rasio ketergantungan. Dengan kata lain kemungkinan
mereka untuk menjadi pengangguran lebih besar karena sistem pendidikan yang
tidak memiliki link and match dan miskin praktek/ keterampilan.
Meningkatnya rasio ketergantungan akan meningkatkan
proporsi populasi yang hidup dalam kemiskinan. Angka kelahiran yang tinggi
berimplikasi pada tingginya rasio ketergantungan. Negara-negara berkembang di
Asia yang sukses mengurangi angka kelahiran, maka rasio ketergantungannya
relatif rendah. Kemiskinan akan meningkat seiring dengan meningkatnya rasio
ketergantungan.
Faktor penyebab munculnya rasio ketergantungan
adalah adanya tingkat kelahiran yang tinggi. Penyebab kemiskinan adalah adanya
ledakan penduduk yang tidak terkendali karena ledakan penduduk akan menimbulkan
pola hidup yang serba pas-pasan. Masyarakat miskin tidak akan pernah berhasil
mencapai taraf hidup yang lebih tinggi dari tingkat subsiten, kecuali apabila
mereka mengadakan pemeriksaan pengendalian preventif terhadap pertumbuhan
populasi mereka, atau dengan menerapkan pengendalian kelahiran.
Apabila setiap keluarga memiliki tiga orang anak
yang berarti dalam satu keluarga akan terdiri dari lima jiwa. Semakin besar
jumlah anak maka semakin besar jumlah tanggungan yang harus di tanggung oleh
kepala keluarga. Selanjutnya semakin besar jumlah penduduk yang berusia tidak
produktif makan semakin besar tanggungan yang harus di tanggung oleh penduduk
usia produktif.
Pertumbuhan Ekonomi
Tidak ada korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan
tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mampu mengurangi
munculnya kemiskinan. Karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi justru hanya
memicu munculnya kesenjangan pendapatan dan in-equality. Pertumbuhan ekonomi
tidak berpengaruh terhadap upaya menaikkan pendapatan penduduk miskin serta
pertumbuhan ekonomi tidak bisa mengurangi ketimpangan pendapatan antara orang
kaya dan orang miskin.
Tingginya pertumbuhan pendapatan per kapita tidak
akan terlalu berdampak apabila tidak disertai dengan perbaikan dalam hal
distribusi pendapatan. Perubahan pendapatan per kapita mempunyai pengaruh yang
negatif terhadap kemiskinan dan semakin besar ketimpangan distribusi pendapatan
(gini ratio) maka semakin besar tingkat kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang selama ini
dicapai oleh Indonesia ternyata tidak mampu mengurangi faktor penyebab kemiskinan.
Kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bisa dinikmati oleh sebagian kecil
orang di Indonesia. Efeknya akan memunculkan kemiskinan struktural dimana
pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa dinikmati oleh sebagian kecil orang
kaya, sementara bagian terbesar masyarakat yang tetap miskin.
Pengurangan kemiskinan di suatu negara dan di waktu
tertentu ditentukan secara penuh oleh tingkat pertumbuhan ekonomi dan perubahan
distribusi pendapatan. Hubungan ini sesuai dengan teori “tricle down effect”
dimana bila ekonomi tumbuh, maka secara otomatis akan terjadi pemerataan
hasil-hasil pembangunan atau perembesan ke bawah sehingga hasil-hasil
pembangungan dapat dinikmati oleh kelompok miskin. Dengan demikian kaum miskin
dapat keluar dari kemiskinannya.
Persentase Tenaga Kerja Di sektor
Pertanian
Kemiskinan di pedesaan di Indonesia dapat berkurang
dengan meningkatkan nilai tambah hasil pertanian. Sehingga pembangunan pedesaan
dan pertanian, dimana ada kenaikan produktivitas per hektar atau pada rumah
tangga, seharusnya diprioritaskan untuk bagian pulau di luar Jawa dan Bali
dimana tingkat kemiskinannya yang tinggi. Persentase tenaga kerja di sektor
pertanian tidak mampu mengurangi faktor penyebab kemiskinan karena sektor
pertanian dan mempunyai tingkat pendidikan SD kebawah. Oleh karena itu program
pengentasan kemiskinan di sektor pertanian perlu diprioritaskan.
Pembangunan sektor pertanian melalui perbaikan lahan
pertanian, perikanan, dan kehutanan serta pembangunan masyarakat pedesaan perlu
menjadi pijakan untuk membawa masyarakat Indonesia keluar dari permasalahan
kemiskinan.
Pengaruh Penghasilan Terhadap
Kemiskinan
Menurut Sumardi (1983 : 65), penghasilan adalah uang
yang diterima dan diberikan kepada subyek ekonomi berdasarkan prestasinya yang
diserahkan yaitu berupa pendapatan dari pekerjaan yang telah dilakukannya,
pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan
pendapatan dari kekayaan serta dari sektor subsistem.
Penghasilan merupakan pendapatan yang berbentuk
uang. Seseorang yang memiliki penghasilan rendah maka akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti, kebutuhan pangan, papan, maupun
sandang. Seseorang yang memiliki pendapatan yang tinggi dapat menyisakan hasil
pendapatannya untuk memutar kembali uang yang telah diperoleh agar dapat
menghasilkan tambahan pendapatan. Sedangkan seseorang yang memiliki pendapatan
rendah tidak dapat menyisakan ataupun memutar kembali uang yang diperoleh,
karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah sangat kesulitan.
Seseorang orang yang pekerjaan jauh lebih ringan dan
santai justru mendapatkan pendapatan yang tinggi karena lebih memiliki tanggung
jawab yang besar. Berbeda dengan seseorang yang pekerjaannya jauh lebih berat
malah mendapatkan penghasilan yang rendah, padahal sudah mengeluarkan tenaga
yang cukup besar.
Menurut Djojohadikusumo (1989 : 20), pendapatan per
kapita menunjukan tingkat hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Dengan
meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, maka kesejahteraan masyarakat dalam
suatu wilayah tersebut juga akan meningkat. Oleh karena itu pendapatan per
kapita suatu wilayah sering kali menjadi tolak ukur dari ketidak berhasilan
suatu daerah untuk menciptakan pembangunan yang pesat.
“Sekian dan Semoga Bermanfaat”
Sumber:
Ø https://laelyrakhmawati.wordpress.com/2014/04/21/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kemiskinan/
Ø http://ochascorpiogirl.blogspot.com/2012/10/faktor-penyebab-dan-cara-mengatasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar